Gudskul: studi kolektif dan ekosistem seni rupa kontemporer adalah ruang belajar untuk publik yang dibentuk oleh tiga kelompok seni di Jakarta: ruangrupa, Serrum, dan Grafis Huru Hara (GHH). Sejak awal 2000-an, ketiganya aktif bekerja dalam ranah seni rupa kontemporer dengan menggunakan model kerja kolektif dan kolaboratif. Pada 2015, kelompok-kelompok tersebut bersepakat untuk membentuk ekosistem bersama dengan tawaran nilai-nilai yang muncul dari proses berkolektif: kesetaraan, berbagi, solidaritas, pertemanan, dan kebersamaan. Ruang belajar ini berharap dapat menyebarkan semangat bagi individu agar menjadi inisiator pada kerja-kerja seni budaya di tengah masyarakat.
Bila kita percaya bahwa kesenian dan seniman tidak bisa lagi berkutat pada dirinya sendiri, maka menjadi kolektif dan bekerja secara kolaboratif adalah salah satu cara untuk mengambil posisi di masyarakat baik dalam tatanan wacana maupun praktik. Dalam ranah seni rupa kontemporer, praktik ini punya banyak pengaruh lanjutan. Dari sini pengertian terhadap praktik lintas disiplin, keterbukaan, pluralisme, kerja sama, pertukaran gagasan, dan eksperimentasi kekuasaan pun hadir. Semua tanpa kehilangan penghargaan terhadap pribadi-pribadi di dalamnya. Dengan menggunakan pendekatan ini, seniman secara organik menjadi produser, mediator, distributor, sekaligus berjejaring.
Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disebut di atas, Gudskul dirancang sebagai ruang belajar simulasi kerja kolektif yang mengedepankan pentingnya dialog yang kritis dan eksperimental, lewat proses berbagi dan pembelajaran yang berbasis pengalaman. Program studi yang tak memberikan gelar dan tak terakreditasi ini berlangsung selama satu tahun dengan menggunakan pendekatan kurikulum yang dinamis. Di Gudskul, peserta akan terlibat langsung dalam sebuah ekosistem seni rupa dan secara kolaboratif menentukan praktik kerja artistik bersama dengan akses ke sumber daya dan jejaring kerja baik nasional dan internasional yang sudah terbangun selama ini.
Kami percaya bahwa gagasan saling berbagi dan bekerja bersama adalah salah satu landasan penting bagi keberlanjutan kerja seni budaya. Oleh karenanya studi ini dipusatkan sebagai tempat eksplorasi, eksperimentasi, juga sekaligus kritik atas praktik kerja kolektif. Studi ini terbuka untuk seniman, manajer seni, kurator, peneliti, serta praktisi budaya yang tertarik untuk mengembangkan model kerja artistik berbasis kolektif dan kolaborasi. Gudskul akan menjadi wadah belajar bersama untuk agen-agen seni budaya yang ingin berkontribusi di konteks lokal sekaligus terlibat dalam dialog internasional.
Di Gudskul, kami mencoba untuk mengembangkan program berbayar sebagai bentuk dukungan terhadap sebuah model distribusi pengetahuan. Model ini merupakan salah satu strategi yang kami terapkan untuk menciptakan sistem keberlanjutan yang mandiri. Sistem berbayar ini memungkinkan setiap peserta yang terlibat dalam Gudskul untuk saling mendukung satu sama lain dan tersedia dalam beberapa pilihan pembiayaan, dengan sistem donasi maupun swadaya.
Sebagai bagian dari Gudskul, peserta akan mendapat kesempatan untuk mengakses serta terlibat langsung dalam kerja jejaring kami. Dalam periode kerja selama belasan tahun, ruangrupa, Serrum, dan Grafis Huru Hara telah membuka dan mengembangkan model kerja sama dengan banyak institusi, kolektif, serta individu, baik di dalam dan luar negeri. Jejaring ini merupakan sumber daya yang penting dalam kerja kolektif yang kami lakukan, lewat pertukaran seniman, residensi, simposium, serta mengembangkan model-model ekonomi kolektif yang berkelanjutan.
WACANA BUDAYA KOLEKTIF
Bekerja secara kolektif bukanlah hal yang baru. Banyak contoh bisa kita temukan dalam perjalanan panjang sejarah kebudayaan: negara-bangsa, gerakan perlawanan, kelompok keagamaan, hingga penggemar grup musik. Subjek ini akan mencoba untuk memahami bagaimana kolektif sebagai sebuah kebudayaan dibangun, mengalami transformasi serta modifikasi dalam berbagai aspek: filsafat, sosiologi, dan juga sejarah.
TINJAUAN KOLEKTIF SENI RUPA
Secara umum, kelas ini akan berbicara tentang sejarah kemunculan kolektif dalam berbagai konteks—Indonesia, Asia Tenggara, dan negara-negara bekas jajahan lainnya. Selain menelusuri secara kronologis, subjek ini juga akan menelisik latar belakang sosial-budaya yang mempengaruhi kemunculan kelompok-kelompok tersebut, beserta produk artistik, strategi, nilai-nilai, model presentasi dan distribusi pengetahuan mereka.
LABORATORIUM KOLEKTIF SENI RUPA
Subjek ini akan menelusuri berbagai macam proyek seni serta metode praktik artistik yang pernah dilakukan sebelumnya, sambilmenemukan relevansi praktik kolektif dengan kondisi terkini. Peserta akan diajak untuk bereksperimentasi, mengkaji, membedah, memodifikasi, serta menciptakan metode produksi artistik mereka sendiri dalam sebuah kerja kolektif seni. Subjek ini juga akan mengupas secara lebih rinci arti dan pengertian ulang mengenai istilah “penelitian artistik” yang sedang marak dipakai.
PEMIKIRAN PRAKTIK KOLEKTIF
Kelas ini akan melihat secara kritis berbagai prinsip dasar serta pemikiran estetika, etika, dan keberpihakan politik, yang mendasari atau menginspirasi praktik artistik kolektif. Di sini juga akan dipelajari bagaimana satu gagasan dapat muncul lalu berkembang, entah menjadi sebuah gerakan atau sebuah kegagalan. Praktik keterlibatan ruang dan warga, yang punya kaitan erat dengan praktik artistik kolektif, dapat kita lihat sebagai sebuah strategi yang punya tantangannya tersendiri dalam ranah etika dan estetika. Kelas ini juga akan mempersoalkan peran dan posisi seniman dan seni rupa kontemporer di tengah masyarakat, lewat tinjauan mengenai hubungan kesenian dengan perubahan di tataran lokal dan global, serta relasi kuasa yang terjadi antara warga, negara, dan korporasi. Dengan demikian, peserta diharap akan dapat memposisikan peran praktik kolektifnya, baik dalam konteks seni, maupun konteks sosial, budaya, dan politik. Peserta pun akhirnya mampu belajar pada ruang sosial yang lebih luas di tempat mereka berada.
HUBUNGAN MASYARAKAT
Subjek ini menjadi ruang untuk mempelajari bagaimana kolektif seni rupa berhubungan dengan masyarakat. Setiap kolektif dengan demikian dapat menemukan sudut pandang dan cara komunikasi khas mereka masing-masing . Kemampuan ini penting demi terjadinya negosiasi, menjaga keaktualan dan relevansi dalam masyarakat, di mana mereka berada. Pada bagian awal, peserta akan diajak mengenali identitas dan potensi diri masing masing. Setelah itu, peserta dapat menetapkan posisi mereka dalam masyarakat, agar nilai, praktik, serta tawaran-tawaran artistik yang peserta berikan dapat masyarakat ketahui dan pahami. Terakhir, peserta akan membuat rancangan strategi dan metode komunikasi sendiri untuk berhubungan dengan beragam kepentingan yang bermain dalam lingkungan sosial masyarakat.
ARTIKULASI DAN KURASI
Salah satu peran kolektif seni rupa adalah menjadi bagian dari sistem pendukung ekosistem. Peran itu bisa diartikulasikan dalam bentuk pengelolaan ruang, atau memproduksi kegiatan-kegiatan seni rupa semacam: pameran, diskusi, lokakarya, festival, hingga publikasi cetak maupun daring. Proses produksi ini menjadi penting terutama untuk mengartikulasikan berbagai macam hal yang terjadi dalam tubuh kolektif itu sendiri. Kelas ini akan membicarakan proses merancang berbagai kegiatan tersebut dari hulu ke hilir dalam konteks kerja kolektif.
STRATEGI KEBERLANJUTAN KOLEKTIF
Dalam kerja kolektif, membangun kesepahaman dalam banyak hal—seperti ruang, waktu, gagasan, maupun keuangan—adalah sebuah kebutuhan.Mengasah kepekaan terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial juga perlu dilakukan. Subjek ini akan secara rinci membicarakan hal-hal di atas serta mengajak peserta untuk mengenali dan merancang kemungkinan-kemungkinan strategi keberlanjutan sebuah kolektif seni.
LINTAS MEDIA
Perubahan konteks sosial budaya telah menantang, mengubah, dan menambah hal-hal baru dalam praktik-praktik seni rupa. Subjek ini akan lebih jauh melihat secara kritis fenomena kerja lintas disiplin, serta membahas kemungkinan-kemungkinan medium artistik—baik yang berbasis bentuk, ruang, waktu, teknologi maupun yang merupakan perluasan pengalaman-pengalaman inderawi.
BENGKEL KERJA
Bengkel kerja merupakan salah satu infrastruktur yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kolaborasi dengan pihak lain dalam sebuah kolektif. Sebagai sebuah bengkel, subjek ini bersifat terbuka dan dapat menjadi motor penyebaran pengetahuan teknis. Bengkel ini akan mengajak peserta untuk melakukan praktik secara intensif pada medium-medium tertentu, di antaranya: seni grafis, pendekatan multimedia, drawing, serta seni yang berbasis ruang-waktu. Kegiatan ini akan melengkapi pengalaman peserta untuk tidak hanya bekerja dalam tataran wacana dan kajian, tetapi juga langsung terjun ke dalam medan seni rupa dengan berpraktik di dalamnya.
PRAKTIK SPASIAL
Dalam praktik kerja kolektif, pemahaman tentang ruang amat diperlukan. Ruang adalah gelanggang yang diperebutkan lewat proses penciptaan di dalamnya. Subjek ini akan menempatkan perhatian khusus pada perbincangan mengenai ruang dalam konteks kota dan desa. Demi terbentuknya pemahaman akan ruang yang lebih menyeluruh, subjek ini juga akan membahas konsep-konsep yang berhubungan dengan ruang, seperti lingkungan alam, lingkungan budaya, aktivisme warga, sampai gerakan protes global.
KEBUN ILMU
Layaknya sebuah kebun, pengetahuan haruslah ditanam, dirawat, serta dipanen untuk kemudian didistribusikan kepada banyak pihak. Pemahaman inilah yang perlu dipahami bahwa berbagi pengetahuan adalah syarat mutlak keberadaan sebuah kolektif. Kelas ini hendak menekankan fungsi pendidikan dari kolektif seni rupa tersebut. Bagaimana nilai-nilai dalam sebuah kolektif ditemukan, dipahami, serta didistribusikan sehingga ada kesepahaman mengenai alasan keberadaannya. Secara lebih luas, kelas ini akan memahami strategi sistem distribusi pengetahuan supaya dapat mencapai masyarakat yang lebih luas.