Ketika Gudskul Menjadi Ucuy

Saat Dayu baru berusia tiga tahun, ia belum bisa mengucapkan “Gudskul” dengan jelas, yang keluar dari mulutnya adalah “Ucuy”, pelafalan spontan yang terdengar lucu, namun justru terasa akrab di telinga. Tanpa disadari, sapaan “Ucuy” pun mulai digunakan oleh para anggota Gudskul sebagai sebutan baru untuk “Gudskul” dalam percakapan sehari-hari mereka.

Dayu adalah anak dari pasangan Bonit dan Rake. Keluarga kecil ini tinggal tak jauh dari Gudskul. Kedekatan jarak, lingkungan kerja yang fleksibel, serta ketiadaan pengasuh alternatif di rumah membuat Dayu kerap menemani ibunya bekerja. Sejak usianya baru sebulan, ia sudah dibawa masuk ke ruang-ruang aktivitas kolektif Gudskul—tumbuh di tengah percakapan, rapat, kelas, dan riuh rendah kegiatan Gudskul.

Bonit merupakan bagian penting dalam ekosistem Gudskul. Ia menjadi salah satu tulang punggung dalam aspek manajerial, aktif di RUX—unit bisnis Gudskul—serta menjadi koordinator subjek di Gudskul Studi Kolektif. Selain itu, Bonit juga bagian dari Grafis Huru Hara dan Selarasa Food Lab. Dalam kesehariannya, ia menangani berbagai pekerjaan manajerial, mulai dari pengelolaan anggaran (budgeting), pelaksanaan program, logistik, produksi artistik, hingga administrasi.

Bonit memiliki waktu kerja yang cukup fleksibel. Dalam satu minggu, ia tidak memiliki jadwal tetap untuk datang ke Gudskul, kecuali jika ada agenda tertentu yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Secara umum, ia hadir di Gudskul sekitar tiga kali dalam seminggu. Namun, saat aktivitas sedang padat, ia bisa datang hampir setiap hari. Bonit biasanya tiba pada siang menjelang sore dan kerap menetap hingga malam hari, tergantung pada kebutuhan serta dinamika kegiatan yang berlangsung. Sesekali, ia juga bepergian ke luar kota atau luar negeri selama beberapa hari hingga beberapa minggu untuk menjalankan program-program Gudskul.

Ritme kerja di Gudskul beriringan dengan pola hidup Bonit dan keluarganya yang tidak terbiasa sebagai “morning person”, dan nyaris tidak mengenal konsep akhir pekan. Aktivitas mereka dapat berlangsung kapan saja, baik pada hari kerja maupun akhir pekan. Ritme ini juga mempengaruhi cara Bonit menjalani peran domestiknya. Ia biasanya mulai beraktivitas sekitar pukul 08.00 pagi, diawali dengan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring, menyiapkan makanan untuk keluarga, dan memberi makan Pimpim, anjing peliharaannya. Barulah pada siang hari, Bonit mulai beralih ke pekerjaan di Gudskul.

Menariknya, Ia tidak selalu memasak setiap hari. Pola ini berbeda dengan kebiasaannya saat tinggal bersama anggota Gudskul ketika menjalankan program di kota atau negara lain. Dalam situasi kolektif seperti itu, Bonit justru hampir selalu memasak setiap hari, menyuplai kebutuhan makan para anggota Gudskul sebelum aktivitas dimulai. Bagi Bonit, memasak bukan sekadar urusan dapur, melainkan juga bentuk kepedulian dan pengorganisasian dalam kehidupan kolektif.

Contohnya terjadi pada documenta fifteen di Kassel, Jerman, ketika Gudskul mengelola sebuah ruang tinggal bersama (domitori) dan dapur kolektif yang dinamai Gudkitchen yang berlangsung selama 100 hari. Di Gudkitchen, Bonit memegang peran kunci, tidak hanya memasak, tetapi juga sebagai pengatur belanja harian, pengelola logistik konsumsi, penjaga kebersihan, sekaligus penjaga nyawa ruang tersebut di tengah dinamika pertemuan lintas individu, kelompok dan budaya.

Sementara di rumah, di mana tidak banyak orang yang perlu diberi makan, Bonit merasa memasak setiap hari menjadi kurang efisien. Baginya, lebih baik makanan yang dimasak benar-benar terdistribusi dengan tepat dan tidak terbuang sia-sia. Karena itu, ia lebih sering membeli makanan siap santap untuk keluarganya, dan hanya sesekali memasak, terutama jika ada permintaan khusus dari Dayu. Pemikiran ini mencerminkan caranya menyeimbangkan antara kerja domestik dan kerja sosial—antara ruang pribadi di rumah dan ruang kolektif di Gudskul.

Bonit merupakan salah satu anggota Gudskul yang memiliki keluarga dan turut melibatkan keluarganya sebagai bagian dari ekosistem Gudskul. Ia menjadi anggota yang paling intens membawa anaknya ke Gudskul. Bagi Bonit, Gudskul adalah rumah kedua, bukan sekadar ruang kerja atau tempat belajar, melainkan juga ruang hidup, tempat bertumbuh, bereksperimen, dan berbagi.

Sebagai sosok yang turut membangun Gudskul sejak awal berdiri, Bonit merasakan bahwa hubungannya dengan Gudskul ikut mengalami perubahan seiring dengan tumbuhnya keluarga inti dalam hidupnya. Jika dulu ia memiliki lebih banyak waktu, ide, dan tenaga untuk hadir sepenuhnya bagi Gudskul, kini ia mulai memposisikan Gudskul juga sebagai ruang yang dapat dimanfaatkan untuk tetap berkarya dan bekerja—tanpa harus meninggalkan perannya sebagai ibu.

Di luar perannya di Gudskul, Bonit juga terus merawat ruang kecil yang kerap tak tampak di permukaan: ruang personalnya sebagai individu. Belakangan ini, ia semakin tertarik untuk membongkar ulang ruang domestik—bukan sebagai beban yang melelahkan, tetapi justru menjadi tempat di mana ia bisa mengekspresikannya secara artistik. Medium yang ia gunakan tidak jauh dari ranah seni grafis (printmaking), dengan bentuk presentasi yang interaktif. Salah satu contoh karyanya yaitu berjudul Domestic Dynamo, yang dipamerkan tahun lalu di ruang pamer 413 BETA, Seoul, Korea Selatan.

Sebagai individu, Bonit juga memiliki ruang kesenangan personal yang menjadi sumber semangatnya: K-pop dan drama Korea. BTS adalah grup K-pop favorit utamanya, baik dari segi musik maupun pesan-pesan personal dan sosial yang mereka angkat melalui karya. Kecintaannya terlihat dari koleksi pribadi yang mencakup album musik, photobook, photocard, nendoroid, poster, hingga boneka-boneka kecil yang dipajang bersama koleksi Rake dan mainan Dayu.

Bagi Bonit, berburu barang fisik BTS adalah semacam suntikan energi. Berburu merchandise BTS dilakukan Bonit ketika momen menjalankan program Gudskul di luar negeri, ia cenderung lebih leluasa dan royal dalam berbelanja, karena pilihan barang lebih variatif dan pengalaman belanjanya terasa lebih “bebas”. Hal ini berbeda dengan di Jakarta, di mana membeli album BTS kerap bersinggungan langsung dengan realitas kebutuhan rumah tangga—seperti harus memilih antara belanja bulanan atau album J-Hope.

Begitulah kira-kira keseharian Bonit dan keluarganya yang tumbuh bersamaan dengan perjalanan Gudskul. Sejak Gudskul berdiri pada 2018, kehidupan pribadi Bonit bersama keluarganya pun dimulai, ia menikah dengan Rake pada tahun yang sama, lalu menyambut kelahiran Dayu pada tahun berikutnya. Kini, saat Dayu telah tumbuh besar dan fasih menyebut “Gudskul”, kata “Ucuy” mungkin tak lagi terlontar dari mulutnya. Namun bagi Gudskul, sapaan itu masih menyimpan kehangatan tersendiri, menjadi bahasa internal yang terus hidup tanpa disadari.

 

Angga Wijaya

Koordinator subjek Gudskul Studi Kolektif, teman seperjuangan Bonit dari jaman kuliah.